Jakarta – Kopi hitam dari Sabang 61 beraltar beberapa tokoh peradaban Indonesia. Ada Bung Hatta dengan gelar bapak Koperasi Indonesia, Pramoedya Ananta Toer, Tirto Adi Soerjo, Agus Salim, Soejatmiko dll.
Tetapi kita berbicara tentang Koperasi. Pada suatu masa, Bung Hatta dan Bung Karno adu argumentasi tentang Koperasi.
Hatta menyebut kehadiran koperasi sehingga rakyatlah akan memiliki kendali atas kesejahteraan nya sendiri. Bukan negara atau segelintir elit.
Tetapi ini dibantah oleh Bung Karno. Ayah Megawati, Soekarno bilang begini, koperasi memang bagus Bung Hatta…tetapi tidak akan cukup untuk membangun bangsa ini, dari kemandirian dan ekonomi yang kuat. Maka dari itu negara harus mengambil peran utama di dalamnya.
Sungguh-lah asyik membaca perdebatan kedua tokoh bangsa antara presiden dan wakilnya pada saat itu, walaupun tentunya saya belum lahir. Maka bersyukurlah para orang tua kita dapat menikmati adu kritis Bapak Bangsa Indonesia.
Bung Hatta menutupnya dengan untaian kata seperti ini–justru kemandirian ekonomi dapat terjadi jika rakyat diberi kesempatan untuk mandiri. Sejarah membuktikan bahwa terlalu banyak campur tangan negara hanya akan melahirkan birokrasi yang korup.
Selama berpuluh tahun lamanya dari masa ke masa, orde ke orde, maka mungkin inilah saatnya cita-cita Bung Hatta akan dirasakan oleh rakyat untuk mencapai kemandirian ekonomi melalui koperasi yang telah dibentuk oleh Presiden Prabowo melalui Kepres 2025.
Ini bukan sekadar 80 ribu lembaga desa yang akan lahir dari desa ke desa dan kelak akan mengepung kota.
Kali ini agak berbeda, sebab Presiden Prabowo menekankan bahwa Kopdes ini harus menggerakkan roda ekonomi rakyat di pedesaan.
Terdapat jenis usaha bidang pertanian sehingga akan dibuatkan gudang pendingin untuk hasil nelayan dan petani kita, ada gerai apotek, usaha penyaluran pupuk ke petani, terdapat dua truk yang akan mengangkut hasil panen petani.
Pengadaan sembilan bahan pokok (sembako), simpan pinjam, dan logistik dengan memperhatikan karakteristik, potensi, dan lembaga ekonomi yang telah ada di desa atau kelurahan.
Dan saya membayangkan kelak di desa-desa bahkan hingga di tepi gunung dan sungai pedesaan berdiri kedai atau cafe yang dikelola oleh rakyat atas kemandirian ekonominya berkat Kopdes, agar ada tempat kita untuk ngopi! Bukan begitu! Selamat pagi (Sabang, 26 Mei 2025)
Penulis: Ano Suparno
Merupakan Jurnalis Senior, beberapa kali menjadi timsel untuk beberapa lembaga di Sulawesi Selatan