Jakarta – Perang di Gaza terus berlanjut. Dampak yang paling dirasakan oleh warga pengungsi adalah semakin sulitnya mendapatkan akses pangan, akses air bersih dan layanan kesehatan. Situasi yang terus memburuk ini diperparah dengan penutupan pintu-pintu masuk akses bantuan kemanusian
yang saat ini dikuasai penuh oleh Tentara Israel.
Menanggapi krisis pangan yang terus memburuk ini, Badan Pangan Dunia
Perserikatan Bangsa-bangsa menekankan pentingnya pembukaan akses pintu masuk bantuan internasional yang aman dan berkelanjutan, khususnya penyeberangan Rafah dan Kerem Shalom. Ini adalah satu satu upaya yang
dapat dilakukan mengatasi krisis pangan dan kebutuhan dasar serta untuk
memastikan bahwa makanan bergizi dan terdiversifikasi menjangkau mereka
yang paling rentan.
Walaupun situasinya semakin sulit dan sangat mengkawatirkan, PMI
didukung oleh Lembaga Kemanusiaan lokal di Gaza berkomitmen untuk terus
menyalurkan bantuan dan memastikan proses pendistribusian bantuan
pangan dapat terus dilakukan di kamp kamp pengungsian, termasuk
membuka layanan dapur umum bagi para pengungsi.
“Penutupan jalur masuk bantuan di pintu Rafah saat ini menjadi kendala
utama masuknya bantuan bahan pangan, termasuk bantuan dari PMI yang saat ini masih menunggu jadwal masuk. Warga pengungsi perlu makanan dan minuman untuk menyambung hidup. Ini yang tidak bisa ditunda.

Karena itulah PMI saat ini terus melanjutkan layanan dapur Umum di beberapa titik kamp penampungan darurat”, kata Sekretaris Jenderal Palang Merah Indonesia, Dr. Abdurrahman Muhammad Fachir.
Layanan Dapur Umum PMI dilakukan bersama lembaga kemanusiaan lokal
dan tentunya berkat dukungan dan sumbangan donasi dari donor dan
masyarakat Indonesia.
“Palang Merah Indonesia (PMI) menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada para donor sehingga layanan ini dapat terlaksana,” Kata Fachir.
Layanan dapur umum ini dilakukan untuk merespon krisis pangan berkepanjangan. Sejumlah kendala dihadapi karena ketersediaan bahan
dasar pangan juga semakin sulit diketemukan di wilayah Gaza.
Termasuk bahan bakar untuk proses memasak makanan juga semakin sulit didapat.
Untuk bertahan hidup, warga pengungsi tentu perlu makanan dan juga
minuman. Krisis pangan yang sudah mulai terjadi di beberapa bulan yang
lalu dan terus berlanjut sampai dengan saat ini.
“Layanan dapur umum ini awalnya dilaksanakan di Kamp Pengungsian Rafah, namun karena situasi keamanan tidak memungkinkan, dapur umum
dipindahkan ke Kamp Penampungan di Deir Balah. Layanan dapur umum ini
melengkapi upaya PMI untuk mendorong bantuan pangan melalui proses pengadaan yang dilaksanakan oleh Egyptian Red Crescent,” jelas Arifin Muh.Hadi, Tim PMI yang saat ini masih berada di Mesir.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya bahwa pertengahan bulan Februari
yang lalu PMI telah menyalurkan bahan pangan sebesar 32,5 ton.
Pengiriman barang bantuan bahan pangan ini langsung didorong ke Pusat Dapur Umum di Rafah yang dikelola oleh Egypt Red Crescent. Saat ini, PMI bersama sama
dengan Egyptian RC juga sedang mempersiapkan pengiriman bahan pangan berupa beras, gandum, tepung, gula dan garam ke Gaza melalui Jalur Rafah.
Pengiriman paket bahan makanan ke Gaza ini melengkapi paket-paket
bantuan PMI lainnya seperti minuman, selimut, pakaian, hygiene kits, obat-obatan dan peralatan kesehatan.