Makassar – Nama mantan Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Wakapolri), Komisaris Jenderal (Purn) Syafruddin Kambo, kembali menjadi perbincangan hangat di tengah isu kotak kosong yang memanas menjelang Pilgub Sulsel 2024.
Putera asal Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, ini dinilai memiliki kapasitas untuk berkontribusi dalam dinamika politik di Sulsel.
Menanggapi hal itu, Direktur Nurani Strategic, Nurmal Idurs, menyebut bahwa meski popularitas Syafruddin tinggi karena pernah menjabat sebagai Wakapolri, secara elektoral belum ada ukuran yang jelas mengenai keterpilihannya.
“Ini adalah fenomena baru ketika ada yang mendorong Syafruddin Kambo untuk maju di Pilgub Sulsel, tetapi secara elektoral ini belum terukur walaupun secara popularitas beliau tergolong tinggi di Sulsel karena pernah menjabat Wakapolri,” ujar Nurmal Idurs.
Menurut Nurmal, dalam kontestasi politik elektoral, popularitas tidak selalu sejalan dengan keterpilihan. Tantangan terbesar adalah membangun elektabilitas dalam waktu yang relatif singkat, mengingat pendaftaran di KPU tinggal beberapa bulan lagi.
“Masalahnya, waktu semakin cepat untuk mendaftar di KPU sisa beberapa bulan lagi. Ini menjadi pertanyaan besar untuk membangun elektoral untuk maju di Pilgub tidak mudah, harus kerja kontinu sejak lama sementara pak Syaf baru sekarang disebut. Agak terlambat memang untuk membangun itu,” jelasnya.
Nurmal juga menambahkan, meski terlambat, tidak menutup kemungkinan Syafruddin memiliki strategi khusus yang dapat meningkatkan elektabilitasnya.
“Tetapi entahlah kalau kemudian maju ada strategi khusus oleh beliau, tapi pekerjaan terberatnya bagaimana membangun elektoral,” tambah Nurmal.
Sekadar informasi, dukungan partai politik (parpol) lebih mengarah kepada pasangan bakal calon Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi di Pilgub Sulsel 2024, seperti Partai Nasdem dengan kepemilikan 17 kursi, Gerindra (13 kursi), Demokrat (7 kursi), dan PAN (4 kursi). Pasangan ini pun hampir pasti mengantongi 41 kursi dari total 85 kursi di DPRD Sulsel.
Dengan demikian, sisa Golkar (14 kursi), PKB (8 kursi), PKS (7 kursi), dan Hanura (1 kursi) yang belum bersikap. Namun, kemungkinan, partai-partai tersebut masih merapat ke koalisi Sudirman-Fatma.
Di sisi lain, masih ada PPP yang menguasai 8 kursi di DPRD Sulsel dan PDIP yang punya 6 kursi, juga sudah memberi surat tugas sebagai bakal calon Gubernur Sulsel kepada Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan ‘Danny’ Pomanto. Danny pun masih butuh 3 kursi lagi agar bisa mencukupkan koalisi maju di kontestasi Pilgub Sulsel, yakni 17 kursi. (*)